Partai Demokrat resmi mengusung pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni sebagai bakal pasangan cagub dan cawagub pada Pilkada DKI Jakarta. Tak hanya Demokrat, keputusan itu juga mendapat dukungan dari tiga partai yaitu PPP, PAN dan PKB.
Namun sayangnya, keputusan Demokrat yang menjadi pimpinan dalam koalisi yang disepakati di kediaman sang Ketua umum, Susilo Bambang Yudhoyono itu, tidak sepenuhnya bulat dipatuhi oleh kadernya.
Adalah Ruhut Sitompul, kader partai Demokrat, sang juru bicara Partai Demokrat, yang akhirnya harus terhempas dari jabatannya lantaran menolak untuk mendukung Agus-Sylviana. Ruhut sejak awal, secara terang-terangan lebih memilih untuk mendukung bakal calon petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Karena dukungannya pada Ahok, Ruhut tak hanya kehilangan jabatan juru bicara, ia juga harus rela dicopot dari jabatan strategis lainnya, yaitu sebagai Ketua Departemen Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam).
Sebelum memutuskan untuk memecat Ruhut, Demokrat memang sudah beberapa kali melayangkan peringatan secara lisan kepada pria yang biasa disapa "Si Poltak" itu, terkait pernyataannya yang dianggap mengatasnamakan Partai Demokrat.
Ketua Divisi Komunikasi Publik Partai Demokrat Imelda Sari mengatakan, partainya sudah bolak-balik memberikan peringatan tertulis terhadap Ruhut Sitompul. Namun, peringatan itu tak diindahkan Ruhut, hingga berujung pemecatan sebagai juru bicara.
"Sudah ada surat SP1, 2, 3. Jadi tidak ujuk-ujuk diputuskan (memecat Ruhut) oleh ketum,"
Sementara, pascaresmi didukung oleh Demokrat dan tiga partai lainnya, Ruhut langsung menyatakan penolakannya terhadap Agus-Sylvi.
"Saya menolak Agus dan Sylviana (maju Pilkada DKI),"Jakarta, Jumat, 23 September 2016.
Ruhut beralasan, Agus bukan kader Demokrat melainkan kader TNI. Meskipun, orangtua Agus, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah Ketua Umum Partai Demokrat. "Kalau kader Demokrat saya pasti dukung, ini (Agus-Sylviana) bukan kader Demokrat," ucap dia.
Anggota Komisi III DPR ini pun mempertanyakan alasan Demokrat mengajukan anak sulung SBY sebagai cagub DKI. "Alasannya apa, kan sayang karier TNI-nya jadi hancur," kata Ruhut.
Ruhut pun mengaku tak takut dipecat dari Demokrat karena keputusannya ini. "Kenapa harus takut dipecat, dari dulu saya (Ruhut) orangnya selalu konsisten," ujar Ruhut.
Menunggu Sanksi Berat
Penolakan Ruhut itu, langsung disikapi oleh Demokrat, partai berlambang bintang Mercy itu memastikan akan segera memberi sanksi berat kepada Ruhut.
"Insya Allah dalam waktu tidak lama lagi pasti ada sanksi yang disampaikan Komwas," kata Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Agus Hermanto.
Ia mengatakan laporan hasil sidang Komwas nantinya akan disampaikan ke Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Komisi Pengawas Partai Demokrat ini juga beberapa waktu yang lalu sudah pernah bekerja untuk Pak Ruhut dan juga sudah menjatuhkan sanksi. Sanksi untuk Bang Ruhut pada waktu itu dinonaktifkan dari Ketua Koordinator Juru Bicara Partai Demokrat," kata Agus.
Menanggapi ancaman sanksi berat Demokrat, Ruhut bukannya takut, ia malah mengancam balik. Ia menganggap Demokrat takut kalah dalam kompetisi demokrasi di ibukota. Bahkan menurut dia, Demokrat akan karam jika dirinya benar-benar dipecat.
"Ini semua bentuk dari ketakutan dan kalau aku mereka berani pecat, ya partainya akan karam (apalagi) kalau Ahok menang," kata Ruhut saat dihubungi di Jakarta.
Ia pun menegaskan bahwa hanya Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang bisa memecatnya. "Yang bisa mecat aku cuma SBY," kata dia.
Soal adanya petisi ini, Ruhut pun mengaku tidak takut. Kalau pun mendapat sanksi, dia menyebut itu takdir Tuhan. "Emangnya gue takut dipecat? Mungkin ada rencana Tuhan yang jauh lebih besar," ujar dia.